CARAKA BALIK DALAM TUBUH MANUSIA.


NGA : KEDUA KAKI
THA : DUBUR
BA : KEMALUAN
GA : KEDUA TANGAN
MA : PENCECAP LIDAH

NYA : PENGUCAPAN
YA : PERABAAN
JA : PENCIUMAN
DHA : PENDENGARAN
PA : PENGLIHATAN

LA : KULIT, DAGING, JEROHAN, OTOT
WA : DARAH, LENDIR, AIR DALAM TUBUH
SA : PANAS TUBUH
TA : NAFAS DALAM TUBUH
DA : RUANG DALAM TUBUH

KA : PIKIRAN
RA : PERASAAN
CA : KESADARAN
NA : INGATAN
HA : HATMA (RUH).

Setiap titik memiliki mantra/mel tertentu. Akan diwedarkan ketika ANGURIP TANTU. Berguna untuk membangunkan daya2 spiritual dalam tubuh agar selaras dengan Tantu. Dan tentu saja, wejangan CARAKA BALIK ini akan kita wedarkan pertama kali di Patirtan Jalatunda dalam acara GEBYAR SURO, 27-28 Agustus 2022.

CARAKA TAWON GUMANA


Penjadian semesta dan manusia disimbolkan dengan tergelarnya suara ha, na, ca, ra, ka sampai nga. Ini adalah suara asli dari akar budaya Nusantara. Berjumlah dua puluh satu suara. Dua puluh yang bisa diucapkan, dan satu yang tidak bisa diucapkan. Setiap suara mewakili satu unsur penjadian. Untuk manusia, setiap suara mewakili mulai dari penjadian unsur paling abstrak, yaitu Yitma atau Atma atau Ruh, kemudian unsur badan halus yaitu Manikem atau Suksma atau Jiwa dan unsur badan kasar yaitu Raga atau Setula atau Jasad. Ketika duapuluh suara sempurna tergetarkan, maka sempurna pula penjadian manusia mulai dari Yitma/Ruh, Manikem/Jiwa, dan Raga/Jasad.

Bagi pejalan spiritual Jawa, ketika mereka berkehendak untuk mencapai kesempurnaan hidup, baik duniawi maupun spiritual, maka dirinya bisa melakukan Manekung Tawon Gumana dengan memanfaatkan suara ha, na, ca, ra, ka sampai nga.  Disebut Manekung Tawon Gumana karena dalam proses manekung sengaja mengucarkan suara yang mirip dengan suara tawon, gumana sendiri artinya mewujud. Tawon gumana artinya menyerupai tawon. Yang diserupai adalah suaranya, yaitu mendengung.

Untuk keseharian, Manekung Tawon Gumana dilakukan dengan mengucarkan suara ha, na, ca, ra, ka sampai nga dengan menempatkan masing-masing suara pada titik tubuh tertentu sampai tergetar.

Dan ketika menjelang sepuh, Manekung Tawon Gumana yang dilatih adalah mengucarkan ha, na, ca, ra, ka terbalik, atau Caraka Balik. Diucapkan mulai suara nga, tha, ba, ga, ma sampai ha. Dengan menempatkan dan menggetarkan titik-titik tertentu. Tujuannya adalah mengembalikan unsur-unsur Raga, Jiwa, dan Ruh kepada asal penjadian sehingga diharapkan ketika kematian menjelang semuanya sudah sempurna kembali ke asalnya. Harapan terbesar adalah, Ruh akan kembali menyatu dengan Sang Maha Ruh, Sanghyang Urip.



KRT. Sastrasasangka (Ki Ajar Jawadipa)
26 Agustus 2022