Jika membahas kemenyan, sebagian besar orang Indonesia pasti akan berpikiran negatif, terkait dengan pemanggilan roh, penyembahan berhala, animisme, atau apapun pandangan negatif lain. Persepsi ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang apa makna dibalik ritual yang menggunakan kemenyan sebagai aroma wewangian, dan hal ini adalah hal umum yang dilakukan oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun lalu. Apa yang dilakuan oleh nenek moyang kita selalu bermakna mendalam, tidak bisa dilihat hanya dari persepsi yang terlalu sempit, karena pola pandang mereka berbeda dengan kita, mereka menggunakan pola pandang multi – dimensional dalam segala hal, maka kita tidak bisa memaknai itu dengan sederhana. Dibutuhkan pemahaman yang matang untuk memaknai nilai filosofis yang terdapat dalam kemenyan sebagai bagian dari ritual. Kemenyan berasal dari getah pohon yang sering disebut pohon gaharu, damar, atau pohon kemenyan, dalam ilmu pengetahuan spesies ini dikenal sebagai Styrax, ada beberapa sub spesies seperti styrax benzoine, styrax benzoine hiliferum, styrax paralleloneurum, dan styrax tokinosis, pohon ini adalah pohon asli dari daratan kita, tumbuh subur di wilayah Sumatra, Jawa, Bali.

Peradaban jaman dulu selalu mengungkapkan sesuatu dengan analogi, kita ambil contoh seperti tanaman teratai. Buddha selalu menggunakan teratai sebagai inspirasi utama dalam kehidupan, teratai adalah pohon berukuran kecil yang hidup di lumpur di dasar danau, lalu daun – daunnya akan berada di atas air menjadi peneduh bagi makhluk – makhluk di dalam air, dan bunganya akan berada diatas air dan bunga ini sangat indah. Ia juga tanaman yang menghasilkan bunga sekaligus dengan biji yang bisa dimakan, di Vietnam dan beberapa negara Asia biji teratai menjadi salah satu makanan utama mereka, rasanya seperti kacang. Analogi tentang teratai menjelaskan bahwa dalam kehidupan di lingkungan yang kita anggap buruk ibarat lumpur, teratai mampu berfungsi bagi makhluk – makhluk lain, dan memberikan keindahan / kebahagiaan berupa bunga yang indah yang muncul diatas air. Artinya, kita harus menjadikan teratai sebagai inspirasi kehidupan, dalam kondisi apapun, kita harus mengembangkan diri seperti teratai, dalam lingkungan buruk apapun, kita mampu mencapai pencerahan pikiran, dan berfungsi bagi diri sendiri, makhluk lain, dan alam semesta.
Ribuan tahun sebelum Buddha lahir dan mencapai pencerahan, nenek moyang kita telah menggunakan pohon kemenyan sebagai sebuah filosofi kehidupan, yang kurang lebih maknanya sama dengan apa yang Buddha ungkapkan tentang teratai. Pohon kemenyan adalah satu jenis tanaman asli dari daratan ini yang mampu tumbuh di medan – medan tersulit, ia mampu tumbuh bahkan di daratan yang dipenuhi batu keras, ia mampu tumbuh di daratan dengan kontur yang ekstrim, dimana tanaman lain tidak mampu untuk bertahan hidup. Dan dalam pertumbuhan di medan yang sangat sulit itu pohon kemenyan mampu menghasilkan getah yang beraroma wangi, aroma ini sangat menenangkan pikiran, maka semua makhluk di alam semesta ini akan menyukai wangi kemenyan. Satu keunggulan lain adalah pohon berukuran besar ini (tinggi 24 – 40 meter) juga memiliki akar yang sangat kuat, ia bahkan mampu menembuskan akarnya untuk mencengkeram batu besar. Maka sejak masa lalu, pohon kemenyan adalah salah satu perlindungan jika ada bencana seperti angin topan, dimana pohon – pohon lain akan mudah terbawa angin, tidak dengan kemenyan, karena akarnya mampu mencengkeram dengan kuat, ia akan bertahan kokoh di posisinya.

Makna filosofis dari pohon kemenyan adalah, jika seseorang memegang teguh akar keberadaan dirinya, dalam kondisi seburuk apapun ia akan mampu untuk tetap kuat dan menjadi pelindung bagi lingkungannya. Dimanapun ia hidup, di lingkungan seburuk apapun ia akan tetap berfungsi bagi dirinya, lingkungannya dan alam semesta, dan kehadirannya akan selalu memberikan kebahagiaan bagi makhluk – makhluk lain di sekitarnya. Getah yang wangi adalah lambang dari orang yang memiliki pengetahuan itu akan harum namanya, dan selalu diharapkan, dan dengan pengetahuannya ia dapat memberikan kebahagiaan dan ketenangan hati bagi semua orang lain. Wangi selalu identik dengan ungkapan bahagia, atau indah, maka wewangian adalah sebuah simbol dari ‘persembahan’ kepada semua makhluk di alam semesta, kepada para dewa, kepada Sang Pencipta. Karena semua makhluk menyukai wangi dari pohon kemenyan, aroma yang sangat menenangkan pikiran tiap makhluk. Ini sebabnya mengapa kemenyan digunakan sebagai bagian dari ritual apapun, sebagai sebuah simbol dari membagi rasa bersyukur dan berbahagia kepada semua makhluk di alam semesta, dan Sang Pencipta itu sendiri. Wangi kemenyan yang terbawa oleh angin akan menyebar ke seluruh penjuru alam semesta, maka seluruh alam semesta akan merasakan keharuman ini, dan mereka akan mengetahui sumber dari wewangian ini, maka kita yang melakukan ritual akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan semua entitas di alam semesta. Ini fungsi utama kemenyan dalam ritual.

Mengapa kemenyan dianggap identik dengan tujuan negatif? Sebenarnya apapun obyek alam semesta kita dapat gunakan untuk tujuan apapun, negatif atau positif, itu tergantung dari ‘niat’ yang melakukannya. Kemenyan adalah hanya sebagai sebuah obyek, yang digunakan untuk tujuan apapun. Jika pelakunya memiliki niat negatif, maka perilakunya yang harus dianggap sebagai perilaku negatif, bukan kemenyan itu sendiri. Ritual yang dilakukan oleh nenek moyang kita selalu berkaitan dengan ucapan syukur kepada Pencipta, kepada alam semesta, karena kita sebagai makhluk selalu tergantung kepada mereka semua, keberadaan kita selalu mempengaruhi apapun yang terjadi dalam dunia – dunia berbeda atau dimensi – dimensi yang berbeda dengan kita. Artinya kita harus menyadari bahwa keberadaan diri kita memberikan pengaruh yang positif dan negatif kepada semua makhluk lain di alam semesta ini, maka sudah seharusnya kita yang sadar mengungkapkan rasa terima kasih mendalam, dan memohon maaf atas semua pengaruh itu kepada seluruh makhluk di alam semesta. Wewangian adalah sebuah simbol dari ungkapan rasa bahagia, rasa syukur, permohonan maaf / ampun, dengan tulus dari hati. Seperti sebuah hadiah, jika kita ingin memberikan hadiah bagi orang – orang yang kita sayangi, maka kita akan memilih hadiah yang disukai mereka, dan bisa membuat mereka bahagia, berguna bagi mereka. Kemenyan adalah wangi yang disukai oleh semua makhluk alam semesta, maka berikanlah itu dengan ketulusan hati.

Dan dengan menggunakan kemenyan dalam ritual, kita akan mengingat bahwa kita mengambil itu dari sebuah pohon yang menjadi inspirasi bagi kehidupan kita. Sebuah pohon yang mampu hidup di alam yang sangat keras, sangat sulit bahkan tanaman lain tidak mampu bertahan hidup, maka inspirasi ini akan kita selalu ingat dalam pikiran kita. Kita akan berusaha mengambil pelajaran dari kehidupan sebuah pohon yang kita anggap sebagai pohon yang istimewa, dimana sepanjang kehidupannya ia memberikan inspirasi untuk bagaimana kita menjalankan prinsip kita dalam kehidupan sehari – hari. Maka peradaban pada jaman dulu sangat akrab dengan kemenyan, wangi kemenyan adalah salah satu ciri dari peradaban Nusantara, kemanapun kita pergi di tiap desa, wangi kemenyan adalah wangi yang sangat dominan. Ini akan sangat berfungsi mengingatkan kita, dimanapun kita berada, kemenyan selalu menjadi pengingat akan prinsip – prinsip itu yaitu tidak boleh melupakan akar keberadaan kita, kita berasal dari nenek moyang kita. Kita harus memegang prinsip – prinsip kehidupan yang diajarkan oleh nenek moyang kita. Dan kita harus menjadi seperti pohon kemenyan, berfungsi bagi alam semesta, dan semua makhluk didalamnya, selalu membawa kebahagiaan kepada mereka. Ini adalah fungsi utama manusia sejati, mampu menjadi inspirasi bagi manusia dan makhluk lainnya.

Maka dengan kita membakar kemenyan yang menghasilkan wangi dengan aroma menenangkan ini, kita akan selalu sadar diri, teringat akan semua prinsip itu. Dan dengan membakarnya secara rutin, maka pengingat itu terjadi tiap hari, itu akan lebih efektif dalam kehidupan. Karena kita manusia yang punya banyak sekali kehendak bebas, maka kita harus selalu mengingatkan diri akan fungsi dan akar keberadaan kita, ini sebuah cara untuk mengalahkan diri sendiri, mengalahkan keinginan – keinginan yang muncul karena ego kita. Ini adalah makna utama dari membakar kemenyan untuk menghasilkan wangi di dalam sebuah ritual. Siapapun yang akan merasakan wangi itu adalah semua makhluk di alam semesta, jika kita tulus melakukan itu, kita membahagiakan mereka tanpa memandang siapapun mereka dan apapun sifat mereka. Tetapi efek utama yang akan sangat besar adalah kepada diri kita sendiri, karena pengingat akan prinsip yang harus kita pegang teguh dalam kehidupan kita.
Persepsi negatif masyarakat modern tentang kemenyan terbentuk karena beberapa ajaran spiritual yang berasal bukan dari peradaban kita sendiri menganggap ritual – ritual ini sebagai ‘kesesatan’, karena mereka tidak pernah memahami makna sebenarnya yang luhur dari ajaran nenek moyang kita. Maka seharusnya kita yang menyadari betapa luhurnya ajaran nenek moyang kita, harus mampu untuk lebih teguh memegang prinsip yang diajarkan oleh nenek moyang kita sendiri. Kemenyan adalah salah satu budaya luhur, bukan hal yang harus dianggap negatif, kemenyan adalah pohon yang memberikan inspirasi, guru yang hidup bagi semua manusia di peradaban ini, dan kita akan hidup bersama inspirasi ini, karena kita berasal dari nenek moyang di daratan ini, bukan daratan lain. Maka jangan biarkan budaya ini luntur, karena budaya adalah satu – satunya hal yang mampu menyatukan sebuah peradaban dengan jati diri sebenarnya, dan jati diri itu adalah segalanya bagi sebuah peradaban. Peradaban tanpa jati diri adalah peradaban yang akan segera musnah, karena ia akan mudah dikuasai oleh berbagai peradaban lain.

#Budaya
#Sainskuno