Begini, saat manusia hidup masih dengan egonya, fokus kesadarannya ada di pikirannya, maka ia akan terjebak dengan pola hidup untuk memenuhi keinginan egoistiknya. Ia tak mengenal rancangan agung, rumusan tentang jatah. Ia akan memaksakan diri untuk meraih keinginan itu. Karena obyek keinginan itu juga menjadi keinginan orang lain, terjadilah kompetisi. Maka ada yang menang dan kalah. Itulah yang kemudian menjadi watak demokrasi modern. Para politisi berebut suara, jabatan dan kekuasaan.
Tragedi kemanusiaan kemudian muncul dari sektor politik karena upaya menjadi pemenang dalam proses kompetisi kemudian dilandasi keserakahan dan karakter angkara lainnya. Terjadilah kompetisi yang busuk, upaya mengalahkan pihak lain yang menghalalkan semua cara.
Justru ini yang mau dirombak. Para kader partai yang dirikan Setyo Hajar Dewantoro akan digembleng untuk bisa hidup dalam kesadaran spiritual, agar mereka bisa nyuwung sehingga luruh segala keinginan egoistik. Maka setiap kader bergerak hanya untuk melakukan yang terbaik, menjadi diri sendiri dalam versi terbaik. Berpolitik bukan untuk berebut apapun tapi untuk gotong royong, kolaborasi membangun bangsa. Saat sudah melakukan yang terbaik maka kita akan mencapai rancangan agung. Kita hanya menjemput jatah. Jika jatahnya jadi anggota dewan ya biarlah terjadi. Jika jatahnya jadi Presiden ya biarlah terjadi. Jika bukan jatahnya ya sudah gak usah gela, berarti ada tugas dan jatah lain. Maka politik kemudian menjadi wahana menempa jiwa.
Baca Juga :
TUTORIAL SATOSHI BTC SECOND PROJECT
MENGENAL TOKOH SRI MULYONO HARTONO
PEMUDA BERKARYA LEWAT SANGKAMIMERAYAKAN HARI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS DI ERA MILENIAL
Bisakah ini terjadi?
Setyo Hajar Dewantoro sudah buktikan bertahun-tahun bahwa saya hidup tanpa kompetisi, dan saya berhasil membuat murid2 saya banyak yang mencapai tataran itu.
Bangsa kita sudah punya modal besar untuk menjadi bangsa yang besar dan jaya. Modal dasar itu adalah Pancasila sebagai dasar negara dan jalan hidup bagi bangsa Indonesia. Kita hanya perlu bekerja memastikan Pancasila ini dihayati dengan sungguh-sunguh. Api Pancasila harus menyala di dalam sanubari setiap warga negara Republik Indonesia.
Inilah pekerjaan Bung Karno dan para founding fathers lainnya yang tertunda: membangun manusia Indonesia yang berbudaya sesuai jatidiri. Untuk meraih kejayaan sebagai sebuah negara dan bangsa, DNA keagungan bangsa Nusantara harus dibangkitkan. Setiap orang mesti menghayati ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menyelami keneningan hingga tumbuh kesadaran bahwa kita semua berasal dari sumber yang sama, dilimpahi kasih murni dan anugerah dengan tanpa diskriminasi. Kesadaran ketuhanan ini yang memunculkan keterhubungan dengan Diri Sejati yang merupakan esensi dari jatidiri setiap manusia. Ini yang menjadi fondasi bagi spirit hunanisme universal, rasa persatuan yang mengekspresikan spirit Bhinneka Tunggal Ika, kehidupan yang selalu tertuntun hikmat kebijaksanaan, dan buahnya adalah kesejahteraan bagi semua.
Rancangan agung pada DNA bangsa Indonesia adalah menjadi bangsa spiritual, bukan bangsa yang fanatis pada agama, tetapi juga tidak terjebak pada materialisme yang mengabaikan nilai-nilai luhur yang berakar pada keterhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sudah saatnya Indonesia bangkit, kembali menjadi bangsa yang besar, dengan landasan kebudayaan yang sesuai jatidiri.
Mengikuti dinamika di Republik ini, dalam tuntunan Sang Sumber Kehidupan, saya mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Gemah Ripah. Visi partai ini adalah Indonesia menjadi Garuda Asia.
Hari ini tiba waktunya saya mengumumkan nama partai yang dirikan Setyo Hajar Dewantoro: Partai Gemah Ripah. Nama ini muncul saat hening di Seminyak Bali. Partai ini menjadi wahana menyatunya kekuatan para patriot di Nusantara yang masih punya raga, dengan para leluhur agung yang pastinya masih peduli pada nasib negeri ini.
Semua pengambilan kebijakan di partai ini didasarkan pada Hikmat Kebijaksanaan. Kita hening untuk mendapat tuntunan dari Diri Sejati.
Maka semua kader partai memang harus setia menyelami keheningan. Hanya dengan jiwa yang murni kita bisa membangun Indonesia Raya yang Jaya.
Lewat keberadaan para patriot bangsa yang di dadanya menyala api Pancasila, Indonesia bisa menjadi Garuda Asia.
Selanjutnya kita terus berproses untuk memenuhi ketentuan dari Pemerintah RI.
Mulai hari ini, saya dengan dibantu jiwa-jiwa yang murni, bekerja keras menyiapkan partai ini agar sah secara hukum dan bisa mengikuti Pemilu 2024.
ng tergerak dan selaras mari bergabung.
Bisa hubungi WA: 0812 8326 9183
PITULUNGAN KANG AGUNG
(Pertolongan yang Agung)
Kemajuan sebuah negara jelas tak bisa diukur hanya dari peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur berupa jalan tol, bendungan dan semacamnya. Itu penting tapi harus dibarengi dengan faktor lain yang juga fundamental, yaitu:
Missi utama pendidikan nasional adalah menyiapkan warga bangsa yang berbudaya sesuai Jatidiri: yaitu mengenali keagungan sebagai manusia, mengenali esensi sebagai manusia, mengenali talentanya, lalu hidup tertuntun Diri Sejati dan berkarya sesuai talenta dalam rangka hamemayu hayuning bawana. Menjadi faktor destruksi jika pendidikan direduksi menjadi hanya proses pemindahan pengetahuan dan melatih anak menjawab soal-soal kognitif. Siapapun yang membuat pendidikan kita jadi hancur kehilangan tujuan agungnya, sesungguhnya telah berlaku khianat pada cita-cita kemerdekaan.
2. Kedaulatan Politik.
Bangunan kenegaraan semestinya mencerminkan semangat kerakyatan, bahwa ia ada untuk mensejahterakan rakyat seadil-adilnya. Maka setiap keputusan dan kebijakan negara seyogyanya diambil berdasarkan hikmat kebijaksanaan. Kita masuk kepada lingkaran setan karena produk pendidikan kita mayoritasnya malah tak kenal apa itu Diri Sejati yang merupakan sumber dari hikmat kebijaksanaan. Secara faktual, negara yang dipimpin oleh siapapun yang tak tertuntun Diri Sejatinya niscaya akan mudah dimanipulasi dan diintimidasi oleh kuasa kegelapan yang mempengaruhi dari balik layar melalui mekanisme iming-iming dan ancaman. Memang, tanpa keberadaan satria pinandita sinisihan wahyu, nyaris mustahil memastikan politik yang berdaulat.
3. Keberdikarian Ekonomi
Segala kemampuan anak bangsa dan seluruh sumber daya alam yang dimiliki negara ini sewajarnya dipergunakan untuk kegemahripahan semua pihak dengan prinsip keadilan. Lagi-lagi, ini terkait dengan faktor sebelumnya yaitu faktor kedaulatan politik. Tanpa keberdaulatan politik, yang akan terjadi adalah postur perekonomian nasional yang melanggengkan penjajahan ekonomi. Maka, solusi untuk hal mendasar ini adalah: solusi jangka pendek - ada gerakan politik yang mengantarkan mereka yang tercerahkan paripurna ke tampuk kepemimpinan negara; solusi jangka panjang: merombak total pendidikan nasional agar kembali menjadi motor transformasi kebudayaan dan menjadi wahana kawah candradimuka untuk memunculkan Ksatria Nusantara yang mengenali dan hidup sesuai jatidirinya.
Kini, restu dari para leluhur agung dan jiwa-jiwa tercerahkan telah turun. Maka bangsa ini pasti mendapatkan pertolongan yang agung dengan cara yang kadang tak terpikirkan.
Tulung Agung, 30 Juli 2020
SHD
Baca juga :
INDONESIA GEMAH RIPAH
Negeri kita sejatinya adalah negeri sorgawi, yang dianugerahi alam nan indah permai dan kekayaan alam yang berlimpah. Di dalam DNA kita, sesungguhnya juga terekam memori akan keagungan dan kejayaan di masa silam. Saat negeri ini berhasil merealisasikan rancangan sorgawinya: berpadu selaras kesadaran spiritual, keluhuran seni budaya, kemajuan teknologi, kemapanan politik dan keberlimpahan ekonomi. Lihatlah jejak kesemua kualitas itu pada candi-candi yang bertebaran di banyak tempat. Candi-candi itu bercerita tentang satu masa dimana bangsa kita menjadi bangsa yang agung dan jaya.
Ada kesenjangan yang lebar antara keadaan kita saat ini, sebagai sebuah negara bangsa yang dinamakan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan keadaan di masa Majapahit, Sriwijaya, Kahuripan, Singasari, Matswapati. Kita memang sedang mengalami degradasi, dan itu adalah siklus peradaban yang wajar. Menjadi tanggung jawab kita untuk menata kembali negeri, memulihkannya menjadi negeri surgawi: Indonesia Gemah Ripah.
Satu langkah perdana yang perlu kita lakukan menyegarkan pengertian kita terhadap sejarah bangsa, memperbaharui persepsi kita terhadap para tokoh kuna. Saya melihat ada upaya pembelokan untuk membuat kita terputus dengan akar spiritual kita, sekaligus kehilangan rasa hormat pada jiwa-jiwa agung di lalu.
Ken Arok yang dikenal juga dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi , hadir dalam benak kita sekarang sebagai pembunuh Tungggul Ametung menggunakan Keris Empu Gandring, dengan memanipulasi Kebo Ijo, gara-gara kesengsem Ken Dedes. Padahal ini adalah cerita dusta mesti dikatakan bersumber pada literatur kuna. Dalam keheningan saya mencoba terhubung dengan jiwa Ken Arok dan membaca catatan akasha yang merekam segala peristiwa. Dari situ saya tahu bahwa Ken Arok sesungguhnya adalah sosok yang tercerahkan. Saat mangkat, jiwamya memasuki dimensi 25 dalam struktur 31 dimensi. Itu adalah dimensi cahaya yang hanya bisa dijangkau oleh pribadi yang telah terhubung selaras pada Diri Sejati dan menjadi murni.
Selanjutnya, kita mendapat cerita bagaimana Prabu Sri Jayakatwang memberontak dan membunuh Prabu Sri Kertanegara yang membuat Singasari runtuh. Ini juga cerita dusta karena sesungguhnya mereka berdua juga merupakan pribadi luhur yang tak pernah berperang untuk memperebutkan tahta. Sri Jayakatwang saat mangkat menjangkau dimensi 21, sementara Sri Kertanegara menjangkau dimensi 25.
Banyak cerita lain yang sesungguhnya penuh dusta dan harus dibongkar. Itu perlu untuk melebur mindset yang mengkerdilkan bangsa ini, sekaligus menumbuhkan kembali cinta kepada tanah air, serta keluhuran kebudayaan dan sejarahnya.
Lebih jauh, dalam rangka merealisasikan cita-cita Indonesia Gemah Ripah, kita perlu memulainya dengan menumbuhkan kembali akar spiritualitas bangsa kita. Ini adalah fondasi yang harus dibangun dengan tuntas: bangsa kita kembali hidup dalam kesadaran spiritual yang sejati, sebagaimana para leluhur agung bangsa ini.
Negara kita yang berdasar Pancasila sesungguhnya dirancang untuk menjadi bangsa spiritual yang bisa menerapkan prinsip spiritual termasuk dalam kehidupan politik. Ini yang menjadi latar gagasan pendirian Partai Gemah Ripah.
Baca Juga :
SPIRITUALITAS, KOLABORASI DAN PERUBAHAN BANGSA
Spiritualitas adalah tentang menyelami, mengenali, dan merealisasikan kualitas esensi setiap diri. Ini tentang menumbuhkan benih keilahian: melalui spiritualitas setiap orang bertumbuh menjadi Manusia Ilahi/Kristus/Adhi Budha/Avatar. Fondasi dari pencapaian tahapan ini adalah pemurnian jiwa, yang dilanjutkan dengan ketertuntunan dan loyalitas penuh kepada Gusti/Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka yang berhasil dalam proses ini, terselaraskan jiwa raganya, menjadi non egoistik, sadar bahwa setiap orang punya rancangan agung masing-masing dan karena itu tak perlu berkompetisi. Sebaliknya, seiring dengan bertumbuhnya kesadaran, niscaya setiap pejalan spiritual kian tergerak untuk bekerja bersama, kolaborasi, guyub rukun.
Pada tataran praktis, ada satu hukum yang membingkai proses kolaborasi ini: ia hanya terjadi secara paripurna pada mereka yang selaras vibrasinya. Maka, kita memang tak bisa berkolaborasi dengan semua orang. Tapi kita harus berkolaborasi dengan semua yang selatas, yang masing2nya bisa hidup dalam kerendahan hati, memberi ruang bagi peran orang lain yang punya talenta dan kontribusi berbeda dibanding kita.
Saat ini, Nusantara membutuhkan kiprah dan kolaborasi nyata dari jiwa-jiwa yang tekun menyelami keheningan. Masalah besar bangsa ini tak bisa dibereskan satu dua orang sehebat apapun. Hanya kolaborasi, GOTONG ROYONG, yang jadi kunci untuk mengubah nasib bangsa ini menjadi bangsa pemenang, menjadi negeri yang gemah ripah.
Anda yang tergerak untuk bergabung, silakan hubungi kami:
KOMITE PENDIRIAN PARTAI GEMAH RIPAH
WA +62 878-8740-9090
Form untuk bergabung dengan gerakan pendirian Partai Gemah Ripah:
https://bit.ly/CalonKaderGemahRipah
1 komentar:
Saya pribadi Sangat terkesan saat membaca artikel partai gemah ripah seakan membangun kesadaran jiwa jiwa yang sudah terlepas dari sangkar. Indonesia adalah negeri di mana banyak berbagai suku dan budaya yang tergerus oleh cara pandang orang orang picik yang ingin memberangus kultur asli pribumi. Negeri ini terbentang luas hasil bumi yang begitu beragam dan di negara lain belum tentu memiliki nya. Maka dari itu tekad jiwa jiwa nusantara bersama jiwa jiwa para leluhur akan hadir merestui......
Posting Komentar